Jumat, November 07, 2008

Kelangkaan AQUA : tes brand loyalty, mismanage atau pricing strategy ?

Sejak abis lebaran 1429 H ini, mo nyari nyang namanya aqua galon susahnya setenga hidup. Katanya (kalo baca di kompas ato koran lain), ini terjadi sejak hari sebelum lebaran. Cuman karena lebaran kita mudik ya taunya setelah lebaran. Dua galon Aqua teronggok, jadi berkah buat Fathan dan Fawwaz main kendang. Padahal pulang mudik udah bawa rebana asli kulit kambing.

Sampai sebulan, bener2 itu air aqua kayak minyak tanah aja yang ngumpet entah dimana. Mulai akhir minggu kemaren baru mulai bermunculan di wilayah Depok dengan harga eceran melonjak dari sebelumnya Rp 9.000,- menjadi Rp 13.000,- Saat produknya belum ada aku (termasuk keluarga dan rekan) cuman bertanya2 ada apa ? Apa karena (1) kurang stock padahal karyawan keburu libur, apa (2) sumber air lagi seret karena musim ‘agak’ kemarau (saat itu), apa (3) distribusi gak lancar sehingga stock mandeg ato (4) memang gak cukup waktu untuk buat stock alias utilisasinya sudah sangat tinggi, berimbang lurus antara supply dan demand.

Akibatnya, banyak yang ganti merek, ada yang refill dari pengisian2 yang banyak di pinggir jalan2 ato masak sendiri. Keluargaku sih milih masak sendiri dulu, coz kalo refill dipinggir jalan ngeri (beberapa kali survey membuktikan bahwa lebih dari 60% air yang dijual di tempat pengisian statusnya tidak higienis. Proses sterilisasinya tidak sempurna, bahkan ada yang mengandung mikroba berbahaya. Kalo ganti produk, agak repot karena galon berarti gak bisa dituker lagi kalo produk aqua sudah ada. (biasanya galon aqua dituker galon merk lain bisa/diterima penjual tapi tidak berlaku sebaliknya).

Nah, sambil menunggu gimana berikutnya, kita milih masak sendiri aja, malah jadi ngirit (padahal bisa juga biaya beralih ke biaya gas buat masak hehe…)

Tanya mengapa? Ada apa?

Kalo alasan kelangkaan seperti yang diduga diatas, karena ketidaksengajaan, berarti ada mismanage di AGM. Salah hitung untuk stock, kurang antisipatif menghadapi high season (lebaran) atau kurang antispatif dengan tinggi tingkat utilisasi produksi. Namun terpikir juga kemungkinan adanya tes “brand loyalty”, yang berarti ada kesengajaan untuk mengosongkan stock “aqua galon”. Mereka mencoba mengukur tingkat loyalitas konsumennya. Apakah setelah dibikin kosong sekian waktu, masih tetap loyal terhadap produk mereka…

Ketika mulai muncul lagi Aqua galon dipasaran dengan harga yang melompat, jadi mikir lagi. Jangan2 memang ini memang unsur kesengajaan dari manajemen, strategi untuk menaikkan harga aqua dengan mengetes reaksi pasar. Saya pernah nanya di minimart OMI (jaringan waralaba, masih dibawah Indomaret & Alfamart pastinya) yang memasang harga Rp 13.000 : apakah kenaikan ini sementara karena stock sedikit jadi dimanfaatkan ato memang akan seterusnya seperti ini. Dijawab : dari distributornya juga naik. Saya percaya aja, wong di Hypermart yang merupakan Hypermarket dengan jaringan kuat saja dipasang harga 11.500. Pinter juga nih cara Aqua naikin harga, gitu pikir saya.

Namun, saat training ISO 22000 di UI minggu lalu, saya ketemu dengan orang Aqua-Danone, mereka bilang ini hanya sementara hanya karena distribusi terhambat saat lebaran.

Jawab dari Iklan di Koran

Akhirnya, Selasa kemarin, dari iklan di Kompas terjawablah apa yang menjadi pertanyaan. Hanya masalah ditribusi selama lebaran. Dijelaskan juga bahwa sumber air mereka masih sangat cukup hanya karena sistem produksi yang ketat, mempertimbangkan ekosistem (kata2nya gak seperti ini, tapi yg saya tangkap spt ini) maka recovery penyediaan produk tidak bisa secepatnya.

Malamnya, saya liat di Carrefour harga pergalon 9500, apakah di Hypermart dan Indomega-OMI sudah turun juga (jaringan gede tapi penetapan hargnya kok kayak warung aja, naikin harga memanfaatkan kelangkaan barang). Ternyata isu kekeringan nyampe juga ke mereka. Kesempatan buat Aqua melihat apakah konsumen masih loyal ato tidak (moga2 setelah ketauan loyal harga gak dinaikkan ya...).
Entah motivasi apa diluar faktor informasi ke konsumen. Tapi saya akui, tindakan manajemen Aqua tepat. Disamping itu, dari info di Kompas tersebut juga memberi kesan (semoga memang seperti itu adanya) bahwa Aqua peduli dengan sumberdaya air yang ada, tidak mengeksploitir demi keuntungan sesaat. Sebagai catatan, sampai saat ini perusahaan AMDK (aor minum dalam kemasan) yang mengklaim menggunakan air dari sumber mata air alami/yang mengalir, bukan dari pump atau air bawah tanah cuman Aqua.





Tidak ada komentar: