Kamis, April 24, 2008

DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER


DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER



Terkadang kita merenung, faktor apakah sebenarnya yang menentukan
kesuksesan seseorang dalam hidup ini?

Kita pasti sudah sering mendengar, bahkan diindoktrinasi secara
keras oleh orang tua, guru, para senior dan lain-lain, bahwa
kesuksesan hidup harus dicapai dengan kerja keras serta
pengorbanan.

Bersakit-sakit lebih dahulu, bersenang-senang kemudian..

Tiada hasil tanpa pengorbanan..

No pain, no gain..

Kalimat-kalimat seperti itu boleh dikatakan sudah menjadi
konsumsi kita sehari-hari. Namun mengapa yang terjadi sejauh ini,
seakan tidak pernah selaras dengannya?  Jangankan sukses dan
bersenang-senang, untuk mencukupi hidup sehari-hari pun rasanya
sudah setengah mati.

Banyak dari kita sudah belasan bahkan puluhan tahun menjalani
kehidupan yang penuh kesakitan dan pengorbanan ini.  Pengorbanan
fisik, pengorbanan finansial atau pun pengorbanan perasaan, tidak
kurang-kurang kita berikan demi meraih kebahagiaan hidup yang
kita dambakan beserta keluarga.  Hasilnya? Tidak ada yang
signifikan.. semua serasa jalan di tempat saja..

Saya jadi teringat akan petuah seorang guru motivasi yang pernah
mengajar saya pada tahun 1986 dan 1987, lebih dari 20 tahun yang
lalu.  Beliau orang Singapura, namanya David Chia.  Dalam salah
satu sesi pelatihannya, David memperkenalkan sebuah analogi yang
dinamakan "DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER"
atau "Bebek Di Atas Tanah, Bebek Di Dalam Air".

Apa urusan kita dengan bebek?

Bebek merupakan salah satu jenis binatang yang mendapat berkah
Tuhan, sehingga ia bisa berjalan dan berlari di atas tanah, dan
dapat pula berenang-renang di atas air.  Namun demikian coba
perhatikan, dari dua tempat itu, di manakah bebek tampak paling
bahagia?

David menjelaskan bahwa meski bebek mampu dan tidak bermasalah
untuk berkiprah di atas tanah, namun puncak kebahagiaan hewan ini
justru ketika berenang-renang di atas air.  Di atas airlah seekor
bebek akan merasa bebas sebebas-bebasnya, bercengkerama dan
berselancar ke sana-ke mari sambil membersihkan bulu-bulu
sayapnya yang indah, dan bersikap seakan seisi dunia menjadi
paradiso nan indah ceria baginya.

Fenomena bebek ini menjadi referensi bahwa banyak orang di antara
kita yang selama bertahun-tahun menjalani kehidupan bagai
"DUCK IN THE LAND", atau bebek yang berjalan di
atas tanah.  Kenapa?

Karena mereka telah menjalani pengorbanan yang begitu berat demi
membangun kehidupan, dengan jalan bekerja di bidang-bidang yang
tidak disukai.  Bekerja di suatu tempat di mana kreativitas tidak
dapat berkembang.  Atau bekerja dengan gaji yang tidak mencukupi,
namun tidak pernah berani angkat kaki guna mencari peluang yang
lebih baik.  Dan semua itu, dengan penuh penderitaan dijalani
selama bertahun-tahun tanpa henti.

Kenapa mereka seakan tidak pernah berusaha untuk berontak dari
keadaan status quo, guna mencapai keadaan yang lebih berbahagia
seperti layaknya "DUCK IN THE WATER"?

Sebab, mereka belum menyadari bahwa jalan ke arah itu ada.  Dan
bahwa jalan bahagia itu tidak perlu ditempuh dengan penuh rasa
sakit serta derita.  Dan juga bahwa dunia ini sesungguhnya
tidaklah sesuram yag mereka sangka. Tuhan sudah memberikan
komposisi yang sama baik bagi penderitaan, mau pun bagi
kebahagiaan.  Dan Dia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada
manusia, bagian mana yang akan dipilih.  Penderitaankah, atau
kebahagian?

Kehidupan memang hanya masalah pilihan..

Nah, lebih lanjut David memberikan penjelasan bahwa untuk sukses
menemukan kebahagiaan, ada sebuah fomula yang mengatakan:
"Kesuksesan terjadi pada saat kekuatan menemukan tempatnya
yang sesuai.."!  Ini juga yang menjadi analogi:
"DUCK IN THE WATER".. sebagaimana seekor bebek yang
memiliki kekuatan untuk berenang-renang, bertemu dengan air
telaga yang sejuk dan jernih..

Kalau seekor bebek secara naluriah sadar akan kekuatannya dalam
hal berenang di atas air, dapatkah kita menyadari kekuatan apa
yang kita miliki agar bisa mengarahkannya pada situasi lingkungan
yang sesuai?

Andaikata pencarian tentang kekuatan apa yang kita miliki terasa
sulit, ada panduan yang mudah.  Yaitu, tinggalkan aktivitas kita
yang sekarang hanya memberi penderitaan, dan temukan bidang
pekerjaan yang kita sukai.  Kalau perlu, jika kita sekarang
seorang karyawan, jadilah usahawan.  Perdalam kompetensi kita di
bidang tersebut, cermati munculnya kesempatan, rebut peluang dan
jadilah raja di sana.


Semoga kita semua menjadi "DUCK IN THE WATER"..!



Rusman Hakim

Tidak ada komentar: