Selasa, Februari 26, 2008

Pulisiku, Pulisimu, Pulisi Kita


Hari ini, di-inbox saya banyak masuk forward-an berita tentang statement sekaligus instruksi Kapolda Jabar  Irjen Pol. Susno Duadji yang dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat.  Sebagian menambahi dengan prolog ungkapan selamat pada warga Jabar, ungkapan harapan baru, kabar gembira dsb. Apa sih yang menarik hingga  banyak yang meneruskan berita dari  Harian PR tersebut ? Pesan dalam judulnya tegas menyentak : "Jangan Pernah Setori Saya"

Wajar banyak masyarakat menyatakan selamat sekaligus memunculkan harapan baru dengan instruksi Kapoda. Dalam rapat yang dihadiri seluruh jajaran perwira di Satuan Lalu Lintas mulai tingkat polres hingga polda memerintahkan untuk meniadakan pungli di Satlantas, baik di lapangan (tilang) maupun di kantor (pelayanan SIM, STNK dan sejenisnya). Beliau juga mengingatkan untuk tidak memberinya setoran. Jadi polisi tidak perlu ingin kaya. Dari gaji sudah cukup. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi, tetapi pengusaha. karena polisi  adalah pelayan masyarakat.Di akhir acara, seluruh perwira Satlantas yang hadir, mulai dari pangkat AKP hingga Kombespol, diminta menandatangani pakta kesepakatan bersama yang intinya berisi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.

Wah hebat yah ? apalagi beliau memberi waktu tujuh hari bagi anggotanya untuk berbenah, menyiapkan, dan membersihkan diri dari pungli. Biarpun gak yakin atpi saya pasti ikut berdoa semogabisa terlaksana dan bisa dicontoh oleh daerah lain. Peberantasan Korupsi sebagai tema besar yang diusung karena menurut beliau dari dulu sampai kapanpun Korupsi itu salah. Apalagi, jika aparat hukum yang korup. "Bagaimana kita, sebagai aparat hukum, bisa memberantas korupsi kalau kitanya sendiri korupsi", ujarnya.Itulah yang membuat berjanji akan memulai pemeriksaan dari diri sendiri, dari pimpinan tertinggi dan berjanji tidak segan segan memecat anak buahnya.

Fakta Lapangan
UKI-Cawang
Teringat aku pada pengalaman keseharianku, tiap hari bolak-balik Depok-BIC Purwakarta. Dibeberapa titik, jelas terlihat bagaimana kinerja polisi kita. Berangkat, dibelokan Cawang dari arah Cililitan ke arah tol Cikampek ada jalan kecil yang menjadi mirip terminal bayangan karena disitu mobil-mobil banyak menaikkan penumpang sambil jalan pelan-pelan. Teorinya mobil seharusnya tidak berhenti, kalo berhenti apalagi ngetem akan ditilang. Sering saya lihat bis yang ditilang ditempat tersebut karena berhenti menaikkan penumpang atau melaju dengan amat lambat. Namun lebih sering lagi melihat polisi membiarkan bis melambat ditempat tersebut. bahkan kenyataannya kadang polisi malah memberhentikan sekian lama dan 'mempersilakan' bis untuk nunggu penumpang. Pada saat yang sama, bis lain dibelakangnya disuruh keluar jalur untuk agar bis2 dibelakangnya tidak berisik oleh klakson dan tidak stag sehingga lalu lintas tetap jalan walaupun sudah pasti tambah padat.

Kalo diperhatikan (pagi, siang ato sore saya gak tau), sering ada preman ato kondektur bus berseragam crew yang mendekati polisi sambil menempelkan tangan dan menyelipkan uang 5000 perak (kalo bis diberhentikan uang tempelnya 10.000, seperti sering diteriakkan sopir ato kondektur ketika tiba2 ada polisi mencegat). Bayangkan, agar bisa jalan dengan aman cukup menyelipkan 5000 ato 10.000 perak. Jika tidak bisa ditilang. Kadang masih bisa damai dengan 10.000 perak, tapi kadang ditahan SIM ato STNK. Yang menarik juga, sopir kadang cuek aja kalo diteriakin polisi suruh jalan, bahkan body bis digedor2 ato dipukul ama pentungan pun bisa cuek. Ato saya alami ketika bis yang saya tumpangi ditilang pun, supirnya ketawa2 dan hanya menyerahkan fotocopy SIM-nya sambil bilang : "Surat-suratnya lagi ditahan, Polisi baru yah ?" . Ketika lewat, sang sopir ketawa ngakak dan bilang kalo fotocopy SIM yang diserahkan pun sudah expired. Jeduk !!!

Kalo saat pulang, diseputaran pemberhentian Cawang-UKI arah MT Haryono, selalu ada salam tempel dari Kondektur dg Polisi. Transaksinya kalo tidak didepan bis (disitu ada Mayasari 46. 45, P6, Kopaja 64) ya disamping kanan. jadi kalo kita duduk sebelah kanan sangat jelas terlihat transaksi gocengan itu. Kadang ada tilang menilang juga, tapi lebih jarang.

Di Kampung Melayu, pernah ketika saya nunggu mau ke arah Matraman (lupa nomer berapa, mungkin M-01), sudah digedor2 polisi juga pake pentungan masih cuek gak mau jalan. Padahal udah jelas itu ditempat terlarang bawah jembatan. Calon penumpang yang mau naik aja ketakutan, sopir malah bilang supaya jangan takut dan menenangkan polisi supaya bersabar.  Setelah beberapa saat sang sopir baru memindahkan Kijangnya ke seberang, sebelah kiri jalan. Karena penasaran dengan cueknya sang sopir, saya penasaran tanya, "Bang, emang sehari setor polisi berapa ?". Si Abang sopir menjawab : " Kalo trayek ini, diitung2 ya sekitar 200rb-an, dikasih pagi ama sore". Nah, lo.... hebat sekali bayangan saya. Mau nanya lagi dia masih sibuk nyari penumpang sambil ngomel2 kalo polisinya gak sabar.

Di Pasar Rebo, sore hari pulang kerja (kadang saya naik M19 arah Depok dari Ps Rebo) saya jumpai mobil patroli KIA Carens lewat. Dipersimpangan dia melambat dan tampak preman situ (saya tau dia preman yang narik duit dari sopir angkot yang ngetem dilampu merah) berlari lari ke arah mobil patroli tersebut dan menyerahkan amplop tebal ke petugas, tampak jelas dikeremangan lampu jalan. Sang petugas dan sang preman sama2 mengacungkan jempol.

Kehilangan motor
Bulan lalu seorang teman kecurian dan kehilangan HP, uang dan anthurium 10juta-an. Dia sedih banget terutama karena memorinya memuat dokumentasi anaknya saat momen2 lucu, dan dia belum sempat memindahkan ke komputer. Ketika saya tanya apakah sudah lapor polisi, dia jawab : " wah, buat apa ? entar lapor kehilangan kambing, malah bisa kehilangan sapi" ujarnya mengutip ungkapan umum yang menyatakan dengan melapor polisi bisa jadi akan bertambah uang yang harus kelar untuk administrasi dan sejenisnya. "Tetangga saya yang polisi aja, beberapa hari yang lalu kecurian, pas lapor tetep aja dimintai duit ketika polisi datang. Padahal udah jelas sesamapolisi kok masih tega, jeruk makan jeruk" terusnya.

Nah, beberapa taun yang lalu adikku kehilangan Yamaha Force-1 saat dia nonton wayang. Lalu lapor, keluarlah duit untuk proses ini itu, termasuk dalam proses yang katanya untuk intai dan jebak penadah. Sekian bulan gak ada hasil, duit udah keluar banyak hingga dapat info tentang motor kita ketemu, bukan dari polisi. bagaimanapun untuk menyita tetep butuh campur tangan polisi dong, apalagi motor tersebut sudah ditangan ketiga, berubah nopol dan cat/warna. Akhirnya setelah eksekusi oleh polisi, motor disimpan di kantor polisi. Nah, kembali deh... proses untuk pengambilannya ribet dan berbelit2. Padahal yang nemu juga bukan mereka. Bolak-balik ke kantor polisi dan dipimpong orangnya ga ada, pimpinan gak ada, dinas diluar, kurang surat, foto dsb. hingga akhirnya sang komandan memberikan penjelasan kepada bapakku kurang lebih:
"Maaf ya Pak, dana dari pusat memang sangat sangat kecil, sehingga untuk operasional memang kami banyak mengandalkan bantuan dari masyarakat". nah kan, UUD lagi. mau gak mau deh setelah tadinya kuat2an untuk tidak ngasih duit (polisi juga gak terus terang minta dan berharap kita untuk menanyakan) sang komandan ngaku juga kalo butuh duit.

Belum lagi untuk ngurus SIM yang diloket pendaftaran sudah ditawari alternatif jalan tol, kalo jalur resmi malah berbelit. Ato ketika ditilang gak mau nyerahin nota yang biru..... ato ditilang dengan cara mbuntutin sampai di depan pintu kos, disebuah gang padahal kejadiannya di jalan raya.

Wah... pokoknya banyak pengalaman dengan polisi yang gak menyenangkan.... mungkin satu2nya saat polisi bisa dipercaya adalah ketika ditanya arah jalan ketika kita gak mau tersesat :-) (maaf).  Atau, seperti kata GusDur : polisi yang jujur di Indonesia itu ada 2 : Pertama almarhung Hoegeng (mantan Kapolri) dan yang kedua adalah polisi tidur..... huakakak

Bisa semua fakta ini akan hanya menjadi cerita mas lalu / sebuah pekerjaan besar yang butuh moral dan effort ekstra. Disaat degradasi moral bangsa yang melaju dengan cepat, kesejahteraan polisi juga belum mencapai tahap ideal. Apalagi anggaran taun ini pun dikurang dalam APBN-P. Pusing deh kalo mikirnya..... jadi udah dulu yah nulisnya, kalo mood ntar disambung lagi, pusiiiiiiiiiiing!!!!

Tidak ada komentar: